Blogger Widgets
Minggu, 05 Januari 2014

Paham Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Paham Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis (Wikipedia, 2013).
Teori kontruktivis menyatakan bahwa siswa sebagai pebelajar harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Tianto dalam Mangala, 2012). Piaget (dalam Astari, 2012) juga mengatakan bahwa pengetahuan itu dibangun (dikontruksi) sambil pebelajar mengatur pengalaman-pengalamannya yang terdiri atas struktur-struktur mental atau schemata-skemata yang sudah ada padanya. pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia sebagai pebelajar harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberimakna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dalam pembelajaran.
Hal yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, menurut  Hanbury (dalam ebookbrowse) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Dalam Wikipedia (2013) pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
a.   Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina
b.   sendiri pengetahuan mereka.
c.    Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
d.   Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
e.   Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
f.    Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Tytler (dalam Prasetyo)  mengajukan beberapa saran dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka dalam belajar.
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain (Carapedia, 2013). Proses ini merupakan proses yang aktif, di mana beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dimiliki, pengetahuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Piaget (dalam Astari, 2012) menyatakan bahwa dalam mengajar seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya (pengetahuan awal), dengan demikian mengajar dianggap bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru dipindahkan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan siswa menjadi benar dari gagasan yang sudah ada yang mungkin salah. Sering seorang pebelajar mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya adalah karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting bagi pebelajar untuk dimiliki.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang aktif, di mana pebelajar membangun sendiri pengetahuannya. Menurut kontruktivisme, pebelajar sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Paham konstruktivisme menjadikan peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri. Setiap pebelajar mempunyai cara sendiri untuk mengkontruksi pengetahuannya. Pebelajar perlu menemukan cara belajar yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap pebelajar mempunyai caranya masing-masing untuk mengkonstruksikan pengetahuannya. Maka penting bagi setiap pebelajar untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya dalam belajar.
Title: Paham Konstruktivisme dalam Pembelajaran; Written by Unknown; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar