Sekolah sebagai suatu birokrasi
Birokrasi
merupakan rasional efesiensi organisasi yang setiap anggotanya hanya
bertanggung jawab pada tugas yang dipegangnya dan dia mampu (kompeten) untuk
melakukannya.
Menurut
Ronald B. Covin (dalam eddy
Tukijan, 2010:3.12) bahwa birokrasi itu merupakan
istilah yang pegorative (tidak disukai atau buruk) dan terlintas kesan sebagai
suatu yang tidak efesien atau organisasi yang tidak praktis. Hal ini diperkuat
oleh Jeanne H. Ballantina (dalam eddy Tukijan, 2010:3.12) dalam Bahar antar lain bahwa : 1. Tidak
responsive terhadap perubahan yang cepat, 2. Tidak menimbulkan kreatifitas, 3.
Hanya terpusat pada kekuasaan social yang dipegangnya dan sering
berada/dilakukan oleh pemimpin yang lazim. Dari kedua pendapat tersebut diatas
, memberikan gambaran bahwa birokrasi merupakan hal yang negative, sebab dengan
birokrasi maka pelayanan organisasi tidak cepat, harus mengikuti ketentuan yang
baku dan kepemimpinanya terpusat atau dikendalikan oleh seorang pemimpin.
Hal-hal tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab dengan birokrasi kepemimpinan
terkontrol, dan apabila ada kesalahan menjadi tanggung jawab seorang pemimpin.
Ciri-ciri
birokrasi antara lain :
1. Organisasi
yang terpisah dan mempunyai banyak staf.
2. Tingkatan
organisasi yang teratur dan tersusun rapi baik dari bentuk maupun pembagian
kerjanya.
3. Ada
peraturan yang mengatur tata cara pelaksanaan birokrasi baik ke dalam maupun ke
luar.
4. Status
individu terdapat dalam birokrasi misalnya harus memahami dan melaksanakan
peraturan atau cara kerja birokrasi.
5. Mempunyai
jalur komunikasi formal baik ke dalam maupun ke luar.
Menurut
Max Weber (dalam Eddy Tukijan,
2010:3.14) ciri organisasi dengan tipe ideal yaitu
:
1. Devision
of labort securitment and promotion policies
Guru
maupun petugas administrasi mempunya tugas masing-masing baik disekolah maupun
dirumah, karena masing-masing telah mengerjakan secara rutin pekerjaannya, maka
dia ahli di bidangnya.
2. Hirearchical
system of authority
Jenjang
atau tingkatan kepemimpinan sekolah berturut-turut yakni
1. Dewan
Penasehat/Penyantun
2. Pengawas
3. Kepala
Sekolah
4. Guru
5. Murid/Siswa
Masing-masing
tingkatan ini mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda, dengan
sendirinya mempunyai jalur komunikasi yang berbeda pula. Contohnya Guru
memanggil murid dengan nama panggilan sehari-hari misalnya Alex, Roi atau Pur
berbeda jika memanggil dengan kata ganti kamu, anda, engkau. Dengan menggunakan
nama panggilan maka anak akan merasa lebih dekat dengan Guru. Apabila anak
merasa asing maka mempengaruhi kelancaran komunikasi dengan demikian hirarki
kepemimpinan tidak berjalan dengan lancar.
3. Ruler,
Regulation and Procedures
Setiap
sekolah mempunyai peraturan tersendiri, seperti siswa yang terlambat harus
melapor kepada Guru piket dan menandatangani kartu terlambat, memakai seragam
sekolah, rambut pria tidak boleh panjang. Ketentuan ketentuan tersebut
disosialisasikan dengan peraturan. Peraturan ini dicetak sedemikian rupa dan
ditempelkan pada papan pengumuman sehingga dapat dibaca setiap saat, dan bahkan
gurumenempelkan pada buku pegangan guru supaya dapat mengingatkan siswa yang
melanggar peraturan. Demikian pula ada lembaga sekolah yang menanamkan
kedisiplinan melalui kehadiran. Semua siswa dan Guru tidak boleh terlambat masuk sekolah sebab pagar
sekolah sudah ditutup.
4. Formalized
and Effectively Neutral Role Relationship
Apabila
seorang memegang posisi tertentu dalam organisasi birokrasi. Jikalau terjadi
pengabaian terhadap satu peranan maka akan menimbulkan masalah dalam suatu
organisasi. Oleh karenanya hubungan yang terjadi di sekolah harus netral,
artinya terjadinya saling pengertian antara murid dan guru saling memahami,
berinteraksi dan lain-lain.
5. Relationaly
of the Total Organization
Kecendrungan
administrasi organisasi adalah untuk mencoba dan mencari alat yang paling
efisien dalam rangka menghasilkan suatu fungsi. Begitu juga halnya dengan
sekolah yaitu berusaha untuk mencapai tingkat efesiensi yang sedemikian rupa.
6. Position
Belong Organization
Ada
kepala sekolah yang akan pensiun dia seorang kepala sekolah yang dikenal
popular. Teman-teman dan murid menyenanginya sebentar lagi akan diganti dengan
yang lebih muda, tentu kepala sekolah yang baru akan membawa suasana baru pula.
Apakah kepala sekolah yang baru ini akan popular? Tentu belum tentu karena
masing-masing orang mempunyai kaunikan tersendiri dalam memimpin. Hal ini
dipengaruhi seseorang dalam suatu organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar