Blogger Widgets
Minggu, 05 Januari 2014

Hubungan Antara Pendidikan (Sekolah) Dengan Masyarakat

      Hubungan Antara Pendidikan (Sekolah) Dengan Masyarakat

Hubungan antara pendidikan (Sekolah) dengan Masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Bernays dalam Suryansyah (dalam Eddy 2010:36) adalah:
a.     Information given to the public (memberi informasi secara jelas dan lengkap kepada masyaraka). Misalnya adanya penemuan JBS (Jam Belajar Masyarakat) yaitu saatnya masyarakat memberikan kesempatan kepada anak-anak sekolah untuk belajar di rumah agar tidak mendapat gangguan. Pada saat anak belajar orang tua murid tidak diperkenankan menghidupkan antara lain, televisi, radio, tape recorder.  Hal ini dilakukan pada jam-jam tertentu yang telah disepakati bersama antara anak, orang tua, serta masyarakat pada umumnya.
b.   Persuasion directed at the public, to modify attitude and action (melakukan persuasi kepada masyarakat dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan terhadap sekolah). Sebagai contoh anggapan dari sebagian orang tua siswa apabila telah menyekolahkan anaknya maka pengawasan belajar menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya. Padahal kenyataannya anak belajar di sekolah waktunya terbatas, di rumah anak juga perlu mendapatkan pengawasan belajar dari pihak orang tua. Hal ini menjadi topik penyesuaian antara sekolah dengan orang tua murid atau wali murid.
c.       Effort to integrated attitudes and action of institution with its public and of public with the institution (suatu upaya untuk menyatakan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat dan dari masyarakat ke sekolah). Contohnya dengan adanya komite sekolah. Dengan lembaga komite sekolah, maka antara sekolah dan masyarakat dapat menjalin suatu kerja sama secara timbal balik antara sekolah dan masyarakat, sekolah membantu masyarakat, sebaliknya masyarakat berusaha membantu sekolah.
Pendapat diatas memberikan gambaran pada kita apa sebenarnya hubungan sekolah dan masyarakat. Hal yang penting bahwa adanya informasi yang diberikan kepada masyarakat yang dampaknya dapat merubah sikap dan tindakan masyarakat terhadap pendidikan serta masyarakat memberkan sesuatu untuk perbaikan pendidikan.

Dari pengertian tersebut dapat diambil maknanya apabila ada hubungan yang baik antara pendidikan (sekolah) dengan masyarakat maka dapat memberikan pengaruh posistif baik dari pihak pendidikan (sekolah) maupun dari pihak masyarakat. Secara sederhana paling tidak dapat terbina saling pengertian dan akibat berikutnya (dampak pengiring) terjadinya saling menunjang program, keinginan mewujudkan misi dan visi masing-masing.
Read more ...

Fungsi Pendidikan dalam Masyarakat

       Fungsi Pendidikan dalam Masyarakat

Secara lebih luas yaitu, kepastiaannya masyarakat dalam lingkup Negara disebutkan menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 2, bahwa: “pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada  Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Jadi menurut uraian diatas, fungsi pendidikan untuk masyarakat dalam lingkup negara antara lain mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di Masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beraneka ragam kepribadiannya, dan juga berinteraksi dengan beda-beda serta peristiwa-peristiwa. Pada masyarakat anak juga dapat memperoleh pendidikan nonformal berupa kursus-kursus. Kepribadian dipengaruhi oleh gejala sosial,  kebudayaan yang ada di lingkungannya. Sebagai contoh anak yang kehidupan dengan orang-orang berpendidikan cenderung suka belajar, anak yang hidup di lingkungan cenderung berjiwa ekonomis (pertimbangan untung rugi). Anak yang bergaul dalam kehidupan keras dan penuh tekanan, anak menjadi patuh dan penurut, juga memungkinkan suka memberontak. Untuk itu sebagai orang tua  atau pemimpin kita dapat memilih lingkungan hidup, menciptakan lingkungan hidup yang menguntungkan perkembangan kepribadian anak.
Sedangkan fungsi pendidikan menurut Broom (dalam Eddy 2010:33) adalah (1) transmisi budaya, (2) meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat, (3) mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidikan itu sendiri, dan (4) mengembangkan kepribadian.
Dari pendapat Broom maka dapat diuraikan sebagai berikut: Sebagai transmisi kebudayaan maksudnya dari budaya yang sudah ada maka dapat dipindahkan kepada masyarakat berikutnya atau dari suatu masyarakat tertentu kepada masyarakat yang lainnya.
Meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat artinya dengan pendidikan dapat dibentuk dan ditingkatkan integrasi sosial; mempersatukan masyarakat. Mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja dimaksudkan melalui pendidikan dapat diadakan pemilihan bidang pekerjaan dan juga penempatan serta penyediaan tenaga kerja. Mengembangkan kepribadian mengandung makna, melalui pendidikan dapat dikembangkan adanya pribadi-pribadi yang unggul sesuai dengan harapan masyarakat, bangsa, dan negara.
Secara lebih rinci manfaat pendidikan untuk masyarakat menurut Pidarta (dalam Eddy 2010:33) adalah sebagai berikut: 1). Pendidikan sebagai transmisi dan pelestarian budaya, 2) Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya, 3) Sekolah mengembangkan kepribadian anak disamping oleh keluarga anak itu sendiri, 4) Pendidikan membuat orang menjadi warga negara yang baik, tahu akan kewajiban dan haknya, 5) Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat. 6) Pendidikan meningkatkan kemampuan analisis secara kritis, melalui pelajara ilmu, teknologi, dan kesenian, 7) Sekolah meningkatkan alat kontrol sosial dengan memberi pendidikan agama dan budu pekerti, 8) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah social, 9) Pendidikan adalah sebagai perubahan sosial melalui kebudayaan-kebudayaan yang baru, 10) Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi teaga kerja, 11) Pendidikan dapat memodifikasi hierarki masyarakat.
Agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas pendapat Pidarta perlu dikaji sebagai Berikut:
Pendidikan sebagai transmisi dan pelestarian budaya berarti selain berfungsi memindahkan juga diharapkan dapat melestarikan budaya yang sudah ada. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam tersebut harus dapat dilestarikan atau dipelihara keberadaannya. Demikian pula dengan adanya kebudayaan nasional bangsa Indonesia, sebagai warga negarawajib melestarikannya.
Sekolah sebgai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya mempunyai makna bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan selain berusaha melestarikan budaya yag sudah ada, juga berperan sebagai tempat untuk mengadakan pembaruan budaya ke arah yang lebih maju, ke arah yang lebih unggul pada masyarakat dimana lembaga ersebut berada.
Sekolah megembangkan kepribadian anak disamping oleh keluarga anak itu sendiri. Tempat pengembangan kepribadian selain di dalam keluarga, juga berada di lembaga sekolah. Potensi-potensi yang dimiliki anak, oleh sekolah diusahakan untuk dikembangkan ke arah yang positif, potensi-potensi yang negatif dikendalikan. Dengan upaya-upaya tersebutmaka sekolah dapat dikatakan tetapi tempat pengembangan kepribadian anak.
Pendidikan membuat orang menjadi warga negara yang baik, tahu akan kewajiban dan haknya. Pada lembaga pendidikan selain diberikan pendidikan budi pekerti, sopan santun, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan. Melalui pendidikan kewarganegaraan anak didik agar menjadi warga negara yang baik, tahu tentang hak dan kewajibannya. Pendidikan sekolah berusaha menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.
Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat. Pada lembaga sekolah merupakan pencerminan sebagai masyarakat kecil, demikian juga dalam kelas. Anak bergaul dengan anak lain yang beranekaragam latar belakangnya. Dengan demikian anak mulai mengenal berbagai keadaan anak lain. Melalui masyarakat kecil tersebut, dapat terbentuk suatu kondisi masyarakat walaupun dalam lingkungan terbatas, dengan dasar pembentukan masyarakat secara terbatas kemudian dapat berkembang terbentuknya persatuan sosial, selanjutnya anak memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat
Pendidikan meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis melalui ilmu, teknologi, dan kesenian. Hal ini mengandung ati bahwa dengan pendidikan maka anak didik mampu meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, melalui pelajaran ilmu yang diajarkan, teknologi maupun kesenian. Sekolah meningkatkan alat kontrol sosial dengan pendidikan agama dan budi pekerti. jadi melalui pendidikan agama, budi pekerti maka anak dapat meningkatkan  kemampuan untuk memiliki alat kontrol sosial.
Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial. Hal ini maksudnya dengan memperoleh pelajaran ilmu-ilmu di sekolah, kemudian dari anak diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Pendidikan adalah sebagai perubahan sosial melalui kebudayaan –kebudayaan yang baru. Pada dasarnya pendidikan selain sebagai pelestari budaya yang sudah ada, tetapi juga berperan sebagai pembaru. Dengan demikian pendidikan berfungsi sebagai perubahan sosial, maksudnya sistem sosial yang sudah ada dengan adanya pembaru budaya, akan nerubah sesuai ddengan perkembangan yang ada.
Penidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidikan maka dipersiapkan angkatan kerja sesuai bidang yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan tersebut. Masing-masing bidang pendidikan mempersiapkan angkatan kerja, sehingga dari hasil pendidikan tersebut diperoleh angkatan kerja yang beranekaragam jenisnya. Angkatan kerja tersebut telah disesuaikan dengan bakat dan minat serta kemampuannya. Dari fungsi ini dapat dikatakan telah ada seleksi tenaga kerja sesuai bidangnya masing-masing. Bagi anak didik yang tidak memiliki kemampuan, maka dalam proses pendidikannnya telah terseleksi dengan sendirinya, sebab dalam prosesnya ada yang berhasil (lulus) dan tidak berhasil (tidal lulus).

Pendidikan dapat memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat. Dari waktu ke waktu diharapkan output dari pendidikan sekolah semakin tinggi. Dengan perubahan tingkat kelulusan maka diharapkan ekonomi masyarakat semakin baik. Semakin tinggi pendidikannya semakin tinggi pula tingkat pendapatannya. Jadi dengan upaya pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang semakin tinggi, sebagai dampaknya masyarakat yang berpenghasilan tinggi semakin banyak.
Read more ...

Keaktifan Belajar

Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Dalam hal kegiatan belajar, segala pengetahuan yang ingin dimiliki oleh siswa harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis sehingga pengetahuan tersebut menjadi lebih bermakna. Tanpa ada aktivitas dalam pembelajran baik di dalam maupun di luar kelas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Dimyati, dkk (dalam Wardhiana,2012) menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa adalah bentuk-bentuk kegiatan yag muncul dalam suatu kegiatan fisik proses belajar mengajar baik kegiatan fisik maupun kegiatan psikis meliputi hasil eksperimen, membandingkan suatu konsep dengan konsep lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.
Menurut Rusyan (dalam wardhiana,2012) “keaktifan adalah proses perubahan tingah laku dalam arti seluas-luasnya, meliputi pengamatan, keterampilan, perasaan, minat, penghargaan sikap. Belajar tidak berarti hanya yang berkaitan dengan intelektual saja, melainkan mengenai seluruh aspek keperibadian.

Berdasarkan paparan di atas, bahwa keaktifan belajar adalah bentuk segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, baik fisik maupun mental, dan baik kegiatan yang mudah maupun yang sulit diamati sedangkan yang diharapkan adalah adanya keterlibatan siswa secara langsung di dalam proses pembelajaran.
Read more ...

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Model pembelajaran kooperatif GI merupakan metode pembelajaran dengan siswa belajar secara kelompok, kelompok belajar terbentuk berdasarkan topik yang dipilih siswa. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam pembelajaran koo[eratif GI siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 2-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topic yang dipilih, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan di depan kelas.
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan (Trianto, 2012). Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topic yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pembelajaran ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
Dalam  implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota-anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama  dalam topic tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topic yang dipilih. Selanjtnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.


Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Menurut Asma (dalam Devi, 2013) pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan:
1)   Pencapaian hasil belajar. para ahli berpendapat bahwa strategi ini unggulan dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
2)Penerimaan terhadap keragaman. efek penting dalam pembelajaran kooperatif adalah terbentuknya sikap menerima perbedaan ras, agama, budaya, kelas sosial, dan kemampun dan perbedaan yang lainnya.
3) Pengembangan keterampilan sosial. Pempelajaran kooperatif dapat mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Menurut Rusman (dalam devi, 2013) keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai berikut.
1)        Dapat dipakai untuk tanggung jawab dan kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun individu.
2)        Memebantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.
3)        Memberikan kesempatan berkolaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah.
4)        Serta mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang diberikan guru sehingga dapat membangun pengetahuan siswa.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Group Investigation (GI)
Menurut Slavin (dalam Vierwinto, 2012) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 (enam) tahapan.
1) Mengidentifikasikan topik dan membuat kelompok
a)   Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.
b)   Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.
c)Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
d)   Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari
a)   Para siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajari?, bagaimana mempelajarinya?, siapa melakukan apa?, untuk tujuan atau kepentingan apa menginvestigasi topik tersebut?)

 3) Melaksanakan investigasi
a)   Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
b)   Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
c)    Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.
4) Menyiapkan laporan akhir
a)   Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
b)   Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi.
c)   Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir
a)      Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
b)      Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
c)      Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasn dan penampilan presentasu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.
6) Evaluasi
a)      Para siswa saling memberikan umpan balik menganai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman mereka.
b)      Guru dan muris berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.
c)      Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
Tabel 01. Rancangan Sintaks Model GI di Kelas
Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Mempusatkan perhatian siswa.
a)      Memotivasi siswa (memfokuskan perhatian siswa) dengan cara Tanya jawab berkaitan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Menyampaikan tujuan pembelajaran
Menjawab pertanyaan guru dan memfokuskan pikiran pada satu pokok materi/bahasan yang ingin di bahas hari ini.
Mengidentifikasi topic dan membagi siswa ke dalam kelompok
a)      Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan kontribusi apa yang akan mereka selidiki
b)      Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas
a)      Memberikan masukkan terhadap topik yang akan diteliti dan diinvestigasi sesuai materi yang akan dipelajari
b)      Membentuk kelompok
Merencanakan tugas
Mempersiapkan dan menata sumber belajar sebagai sarana siswa berfantasi agar dapat berinvestigasi secara optimal
Kelompok akan membagi subtopk  kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai
Membuat penyelidikan
Memfasilitasi, membimbing serta mengawasi siswa yang sedang berfantasi dan berinvestigasi agar setiap kelompok dpaat bekerja optimal
Siswa berfantasi mengumpulkan, menganalisi dan mengevaluasi informasi membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai sebuah masalah kelompok
Mempresentasikan tugas akhir
a)      Memberikan reinforcement pada kelompok yang penampilannya baik dan memberikan motivais pada kelompok yang kurang baik
b)      Memberikan penegasan terhadap masing-masing bahasan dari setiap kelompok
Siswa memprentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain memberikan tanggapan

Evaluasi  pembelajaran
a)      Membantu siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah  dipelajari yang telah dipelajat sekali
b)      Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
c)      Mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunaka tes hasil belajar
a)      Menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari
b)      Menjawab teori yang diberikan guru titik

                        (diadaptasi Trianto, 2011)


Read more ...

Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kondisi semacam ini diharapkan tercipta suasana saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya berasal dari guru dan buku saja melainkan teman sesama. Dengan pastisipasi dan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan proses belajar mengajar akan lebih bermakna.
Menurut Lie (dalam Widiantara, 2013) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang bersifat gotong royong dalam pembelajaran”. Pembelajaran kooperatif ini merupakan suatu pengelompokan dimana adanya unsur kerjasama tim dalam kelompok tersebut untuk menyelesaikan suatu masalah. Menurut Sanjaya (2010) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Menurut Nurhadi (dalam Widiantara, 2013) menyatakan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni:
a.Saling ketergantungan positif, artinya dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan antara sesama. Dengan saling membutuhkan antar sesame, maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain.
b. Interaksi tatap muka, artinya menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa. Dengan interaksi tatap muka, memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi.
c.    Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, artinya melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek : tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagi sifat positif.
Menurut Johnson & Jhonso (dalam Trianto,2012) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di anrtara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif , diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok startegi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan  dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk brtinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2012). Dibalik tujuan-tujuan tersebut, terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2010), yaitu (1) prinsip ketergantungan positif (positive interdependence); (2) tanggung jawab perseorangan (individual accountability); (3) interaksi tatap muka (face to face promotion interaction); (4) partisipasi dan komunikasi (participation communication).
Adanya saling ketergantungan positif maksudnya dalam pembelajaran kooperatif, guru mendorong siswa agar saling membutuhkan satu sama lain. Interaksi tatap muka dimaksudkan untuk menuntut siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga dapat melakukan interaksi. Adanya akuntabilitas individual dimaksudkan untuk memberikan penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual. Sementar itu, keterampilan menjalin hubungan antar pribadi lebih mengarah pada keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkeritik ide, berani mempertahankan pikiran logis. ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagaiberikut:
a.  Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar.
b.     Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c.      Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda.
a. Penghargaan lebih diutamakan pada kelompok kerja dari pada individual.
Prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa dengan sikap pasif akan terbantu karena adanya bantuan serta motivasi dari temannya.
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup segala bentuk kesenjangan dalam pemahaman materi pelajaran pada tiap-tiap siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang menempatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar dalam bentuk tim atau kelompok yang beranggotakan dua sampai enam dengan berbagai latar belakang tingkat kemampuan siswa sehingga didalamnya terjadi sebuah interaksi diantara sesama siswa sehingga yang dijadikan sumber belajar bukan hanya berasal dari guru dan buku pelajaran. Dalam pembelajaran tersebut menekankan bentuk kerja kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran yang sama diantara masing-masing anggota.


Read more ...

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya. Manusia dan lingkungan merupakan sumber, obyek dan subyek IPA.  Menurut Amien (dalam Windhari, 2013) mendefinisikan IPA sebagai bidang ilmu ilmiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi. Sedangkan menurut Wahyana (dalam Widiantari, 2012)  IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas terhadap gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah. Dari beberapa pendapat tentang hakikat IPA maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat  IPA yaitu  kumpulan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu dan mendiskusikan tentang alam.
Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek pendidikan dengan menggunakan IPA sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan pendidikan sains khususnya. Menurut Suastra (Widiantari, 2012) IPA atau sains tidak hanya mencangkup kumpulan fakta (produk ilmiah) saja, tetapi juga mencangkup tentang sikap ilmiah dan proses ilmiah (metode ilmiah). Ketiga komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Sikap ilmiah misalnya hasrat ingin tahu, kerendahan hati, sikap keterbukaan, jujur, pendekatan positif terhadap kegagalan, dan sebagainya. Sikap ilmiah merupakan perilaku ilmuwan yang mereka ikuti dalam penelitian-penelitian ilmiah.
b. Proses ilmiah merupakan ketrampilan berpikir (thinking skill) yaitu suatu proses yang dilakukan oleh ilmuwan yang sering disebut sebagai metode ilmiah. Metode ilmiah adalah metode yang biasanya diikuti oleh ilmuwan dalam memecahkan suatu masalah.
c. Produk ilmiah adalah konsep, prinsip, dan teori ilmiah. Dasar pembentukan produk sains adalah data observasi yang dapat ditiru. Konsep adalah gagasan atau ide berdasarkan pengalaman yang relevan dan yang dapat digeneralisasikan. Teori adalah suatu generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan, dan yang menjelaskan segala tentang ilmiah.
Pokok bahasan IPA adalah alam dengan segala isinya. Hal-hal yang dipelajari adalah sebab akibat atau hubungan dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Karena aktivitas dalam IPA selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan ketrampilan, kerajinan, dan ketekunan, maka materi dalam pelajaran IPA tidak cukup diberikan sebagai kumpulan pengetahuan saja, tetapi menyangkut cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.
Hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan. Dengan dimensi inilah IPA hakikatnya mentautkan antara aspek logika-materil. Tujuan dari IPA itu sendiri sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tujuan dan lingkup pelajaran IPA sebagai berikut (dalam Windhari, 2013:16-17).
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.  Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
d.  Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.


Read more ...