Paham Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Teori Konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang
baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis (Wikipedia, 2013).
Teori
kontruktivis menyatakan bahwa siswa sebagai pebelajar harus menemukan sendiri
dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai
(Tianto dalam Mangala, 2012). Piaget (dalam Astari, 2012) juga mengatakan bahwa
pengetahuan itu dibangun (dikontruksi) sambil pebelajar mengatur
pengalaman-pengalamannya yang terdiri atas struktur-struktur mental atau
schemata-skemata yang sudah ada padanya. pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
sebagai pebelajar harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberimakna melalui
pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dalam pembelajaran.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, menurut Hanbury (dalam ebookbrowse) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4)
siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya. Dalam Wikipedia (2013) pendekatan
konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
a. Pelajar aktif
membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. Dalam konteks
pembelajaran, pelajar seharusnya membina
b. sendiri pengetahuan mereka.
c. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif
oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
d. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru
dengan pemahamannya yang sudah ada.
e. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran
yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
f. Bahan pengajaran yang disediakan perlu
mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Tytler
(dalam Prasetyo) mengajukan beberapa
saran dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, yang berkaitan
dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi
kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi
lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,
dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dari beberapa pandangan
di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar
konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka dalam belajar.
Belajar adalah sebuah proses perubahan di
dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain (Carapedia, 2013). Proses ini merupakan proses yang aktif, di mana beberapa
faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dimiliki, pengetahuan
kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Piaget
(dalam Astari, 2012) menyatakan bahwa dalam mengajar seharusnya diperhatikan
pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya (pengetahuan awal), dengan
demikian mengajar dianggap bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru
dipindahkan pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan siswa
menjadi benar dari gagasan yang sudah ada yang mungkin salah. Sering seorang
pebelajar mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, yang
salah satu penyebabnya adalah karena pengetahuan baru yang diterima tidak
terjadi hubungan dengan pengetahuan sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal
sebelumnya belum dimiliki. Pengetahuan awal menjadi syarat utama dan menjadi
sangat penting bagi pebelajar untuk dimiliki.
Kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang aktif, di mana pebelajar membangun sendiri
pengetahuannya. Menurut kontruktivisme, pebelajar sendirilah yang bertanggung
jawab atas hasil belajarnya. Paham
konstruktivisme menjadikan peserta didik untuk membangun pengetahuannya
sendiri. Setiap pebelajar mempunyai cara sendiri
untuk mengkontruksi pengetahuannya. Pebelajar perlu menemukan cara belajar yang
tepat bagi mereka sendiri. Setiap pebelajar mempunyai caranya masing-masing
untuk mengkonstruksikan pengetahuannya. Maka penting bagi setiap pebelajar
untuk mengetahui kelemahan dan kelebihannya dalam belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar