Proses Dasar Penelitian Korelasional
Menurut Gay (dalam Emzir, 2009:40) studi hubungan dan studi prediksi mempunyai karakteristik unik yang membedakan keduanya namun proses dasar keduanya sama. Penelitian korelasi dalam bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi banyak dilakukan oleh para peneliti. Penelitian ini dilakukan ketika mereka ingin mengetahui tentang kuat atau lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan anjuran Gay (dalam Sukardi, 2012:166) yang menyatakan bahwa penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian korelasi seperti yang dikatakan Gay merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direflekfsikan dalam koefisien korelasi. Walapun demikian, ada peneliti lain seperti Nazir yang mengelompokan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskriptif karena penelitian tersebut juga berusaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel. Perbedaan pandangan tentang posisi penelitian korelasi tidak perlu diperdebatkan karena keduanya berpijak dari sisi yang sedikit berbeda. Yang penting dalam hal ini adalah pilih metode ini secara tepat agar dapat memecahkan permasalahan penelitian. Oleh karena itu, prosedur dasar penelitian korelasi dapat dirumuskan sebagai berikut.
Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penilaian deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.
Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi adalah penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel yang akan diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat. Selajutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel untuk tujuan penelitian kita.
Desain dan Prosedur
Desain korelasional tidaklah rumit, dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel dan beberapa penggunaan prosedur statistik yang kompleks, namun desain dasar tetap sama studi korelasional.
Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00 ataupun -0,00 dan -1,00 yang mendedikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00 kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang tinggi pula pada variabel yang lain dan seseorang dengan skor yang rendah pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pula pada variabel yang lain. Suatu peningkatan pada suatu variabel berhubungan/ diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak mengindikasikan skor orang tersebut dalam variabel lain. Jika koefisien tersebut mendekati -1,00 kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya (negatif). Hal ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang rendah pada variabel lain. Peningkatan pada suatu variabel akan diasosiasikan dengan penurunan pada variabel lain dan sebaliknya. (Gay, dalam Emzir, 2009:43).
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterpretasikan dalam istilah signifikasi statistiknya. Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat. Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisien yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar bukan suatu kemungkinan hubungan, keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang diberikan. Anda tidak dapat menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada hubungan yang benar antara dua variabel tetapi anda dapat mengatakan secara probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik, anda hanya mengonsultasikannya pada pada tabel yang dapat mengatakan pada anda seberapa besar koefisien yang anda perlukan untuk menjadi signifikan pada level probabilitas yang diberikan dan ukuran sampel anda yang diberikan. Untuk level probabilitas yang sama atau level signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil dilibatkan. Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang didasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian sebagai contoh, pada level bukti 95%, dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan. Di pihak lain, dengan 102 kasus anda hanyalah memerlukan koefisien 0,1964. Konsep ini berarti bahwa anda memperhatikan kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan data pada setiap anggota populasi bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan yang dilibatkan dan tanpa memperhatikan seberapa kecil koefisien korelasi yang ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi tersebut.
Ketika penginterpretasian suatu koefisi korelasi, anda harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan bukan hubungan sebab-akibat. Koefisien korelasi yang signfikan mungkin menyarankan hubungan sebab-akibat tetapi tidak menetapkannya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebab-akibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara dua variabel, hal itu sering kali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling mempengaruhi, mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar